Aku menulis ini bukan karena aku merasa bahwa akulah yang
benar karena tidak ada yang patut dipersalahkan disini.
Ketidaktahuan dan egoku begitu tinggi sehingga terkadang
membuat atmosfer menjadi mencekik. Pikiran kekanakanku selalu dominan dalam
menghadapi masalah dan aku ingin berubah, sungguh. Aku sadar aku selalu
berharap terlalu berlebihan tanpa peka pada keadaan di sekitarku. Perilaku yang
defensif irasional nampak selalu menang.
Jika aku sangat menyayangi seseorang, maka seluruh
perhatianku akan kucurahkan buat dia. Terkadang hal ini sungguh berlebihan
sehingga menimbulkan dampak negatif bagiku maupun orang lain. Aku ingin selalu
berbagi dengan dia, melihat senyumnya saat menerima hadiah dariku sudah menjadi
balasan yang cukup. Waktuku ,semuanya, kucurahkan untuk dia yang saat itu
sedang menghadapi masa-masa sulit. Namun, setelah semuanya sudah kucurahkan
tidak membuatku sedemikian paham.
Aku orang yang picik, yah memang. Aku selalu menuntut hanya
untukku sendiri. Aku ingin dia memperhatikanku. Jarak sungguh sangat
merepotkan. Aku ingin selalu ada di dekatnya. Hanya melihatnya saja, aku merasa
sangat tenang. Rasanya semua masalah bisa teratasi dengan mudah. Tapi aku harus
sadar akan realitas. Ini bukan hanya tentang hidupku tapi juga tentang hidup-nya. Walaupun tidak bisa bertemu, aku
ingin merasakan kehadirannya, merasa kalau dia ada, keberadaannya yang
membuatku tersenyum dan merasa mudah. Aku mulai merasakan masa yang sama dengan
dia dulu. Namun, keadaannya berbeda. Dia tidak ada disampingku seperti aku
disampingnya dulu. Aku tidak ingin egoisme selalu mengendalikanku.
Aku cukup bodoh memang, selalu menuntutnya. Aku hanya ingin
merasakan keberadaannya walaupun dia tidak ada disampingku. Aku tersadar
sekarang, ini selalu tentang aku , bukan dia. Aku tidak pernah melihat dari
sudut pandangnya. Bagaimana bisa aku sedemikan bodoh? Aku begitu menyayanginya
tapi mengapa aku selalu mementingkan diriku sendiri?
Aku menyesal, sangat. Aku tidak ingat bagaimana hal-hal yang
dia lakukan untukku. Kalau saja aku bisa menemuinya detik ini, aku ingin
memeluknya, lelaki yang aku sayangi itu. Aku minta maaf. Caraku untuk membuatku
merasakan keberadaanmu sungguh salah.
Tepat satu setengah tahun yang lalu, aku melihatnya
tersenyum. Nampak ia begitu bahagia. Aku ingin melihatnya seperti itu lagi. Aku
tidak mau membebaninya lagi dengan masalahku yang remeh, hanya menginginkan
keberadaannya. Kamu memiliki hal lain yang lebih penting dibandingkan aku. Aku
ingin menjadi orang yang membuatmu semangat, seperti kamu yang menjadi
semangatku.
Aku ingin melihatmu tersenyum bahagia seperti waktu itu. Aku
gak akan membebanimu lagi.
0 cuapcuaps:
Posting Komentar