Kamis, 29 Agustus 2013

pertanyaan

Saya tahu, Tuhan itu Mahabaik. Dan semua yang terjadi sama saya adalah wujud kebaikan Beliau.

Tadi malam saya bermimpi. Saya tahu, mimpi itu adalah cerminan dari ketakutan saya. 
Apakah saya salah jika pada awalnya ketidakpedulian saya menjadi sebuah keterlebihan peduli?
Apakah saya salah jika pada awalnya ketidak-inginan menjadi keterlebihan ingin?
Salah saya jika saya terlalu memenuhi kolom-kolom kosong di hati saya dengan sebuah nama dan hal-hal yang terkait dengan nama itu?
Pertanyaan yang saya tampik selama ini, yang saya selalu jauhkan dari pikiran saya, apakah dia merasakan seperti yang saya rasakan? 
Tuhan, saya baru pertama kali menyimpan sebuah nama rapat dan rapi dalam hati saya. apakah saya harus membongkarnya ataukah dia yg bisa membongkarnya karena saya tak ingin?

Ketika menghubunginya melalui pesan singkat di pagi hari saya tersenyum, saya yakin ucapan saya adalah penyemangat paginya. Tapi sekarang berbeda, Tuhan. Saya tidak mengerti ada seperti lubang cacing diantara pesan pagi kami, setitik pemisah. Saya tahu, tapi saya tak mau mengakui. Itu keraguan. Apakah yang dia rasakan setiap pagi seperti yang saya rasakan? Saya takut jawabannya tidak.

Saat memikirkan ketakutan-ketakutan saya, hal yang paling saya benci datang. Menangis dalam kesendirian. Saya benci ! 
Apakah saya yang selalu mengejarnya? Lalu saya tak mampu lagi, karena dia berlari begitu kencang. Saya selalu berkata pada diri saya, kamu mampu Ayu, kamu mampu. Dia hanya terlalu fokus dan sibuk dengan langkah kakinya sehingga tidak sempat menoleh kebelakang agar menyadari kamu bersusah payah untuk mengejarnya.
Tuhan, apakah cara saya salah? saya terlalu memaksakan diri saya mengejarnya, sehingga saya tidak memperhatikan kesehatan saya, kesehatan hati saya?

Mungkin ini kesekian kalinya saya seperti ini, menuliskannya disini agar saya menyadari saya harus berlatih lagi agar berlari lebih kencang daripada kemampuan saya berlari saat ini. haruskah saya beristirahat sebentar? Jika saya tertinggal lebih jauh bagaimana? Akankan dia sadar dan berbalik kebelakang? Meraih tangan saya dan mengajak saya untuk lari bersama?
Apakah saya adalah orang yang penting sehingga dia mau berbalik ke belakang? Saya tidak tahu, saya tidak pernah mencoba untuk beristirahat karena saya takut.
Saya takut mengetahui jawaban jika saya bukanlah alasan buat dia untuk berhenti.

Saya hanya ingin sesuatu hal. Saya tidak ingin macam-macam.
Semua pertanyaan saya hanya berakar pada satu hal.
Saya tidak ingin dia berbalik. Saya hanya ingin dia memelankan langkahnya sehingga saya yang lambat ini bisa menyusul . Saya ingin kami berlari bersama, berdampingan.
Selama ini saya tidak ingin mengakui, saya lelah menatap punggungnya. Saya ingin dia menoleh kesamping dan berkata  melalui matanya. Saya tidak butuh kata-kata yang selalu diumbar lelaki gombal di seluruh dunia jika mereka mencintai kekasihnya.
Saya hanya ingin dia menyampaikan bahwa dia mencintai saya dalam diam yang bisa saya terjemahkan dalam keterbatasan saya.

Terimakasih telah mengajarkan saya untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Mana saat senang dan mana saat sakit.
Jika kamu membaca ini saya akan mengatakan sesuatu, sesuatu yang sering saya sampaikan sehingga maknanya jadi dangkal menurut orang kebanyakan, tapi bagi saya tidak. Perasaan saya bertumbuh, saya menyayangi anda. Lebih dari yang anda lihat, dengar dan rasakan.

Tolong jawab pertanyaan saya, apakah anda menyayangi saya? 

0 cuapcuaps:

Posting Komentar