Can I have a love that I never owned?
Can I deserve to be and wannabe somebody's ?
Can I remove all of the past memories?
Can I throw you away from my life and change ur place with somebody else?
It's really hard to make everything, my heart you torn into pieces on the right places
You broke every single of this thing and left behind without even come back to make it better
You just... unresponsible. And now I know I deserve someone better , deserve someone's love. This hatred deeply inside of me, you are unforgiven, never. Even I try to. You never care about the pain you left so why I should care about you again? Goodbye.
Minggu, 18 Juni 2017
Jumat, 07 April 2017
Enam
I know that she's waiting
For me to say forever
I know that I sometimes
Just don't know how to tell her
I want to hold and kiss her
Give her my love
Make her believe
'Cause she doesn't know
She doesn't know
You're all I need beside me girl
You're all I need to turn my world
You're all I want inside my heart
You're all I need when we're apart
I know that she's always
There when I need her loving
I know that I've never
Told her how much I love her
I see her face before me
I look in her eyes
Wondering why
She doesn't know
She doesn't know
You're all I need beside me girl
You're all I need to turn my world
You're all I want inside my heart
You're all I need when we're apart
Say, say that you'll be there
Whenever I reach out
To feel your hand in mine
Stay, stay within my heart
Whenever I'm alone
I'll know that you are there
You're all I need beside me girl
You're all I need to turn my world
You're all I want inside my heart
You're all I need when we're apart
You're all I need, etc.
All that I need
Is for you to believe
All that I need
Is you
White Lion- You're All I need
For me to say forever
I know that I sometimes
Just don't know how to tell her
I want to hold and kiss her
Give her my love
Make her believe
'Cause she doesn't know
She doesn't know
You're all I need beside me girl
You're all I need to turn my world
You're all I want inside my heart
You're all I need when we're apart
I know that she's always
There when I need her loving
I know that I've never
Told her how much I love her
I see her face before me
I look in her eyes
Wondering why
She doesn't know
She doesn't know
You're all I need beside me girl
You're all I need to turn my world
You're all I want inside my heart
You're all I need when we're apart
Say, say that you'll be there
Whenever I reach out
To feel your hand in mine
Stay, stay within my heart
Whenever I'm alone
I'll know that you are there
You're all I need beside me girl
You're all I need to turn my world
You're all I want inside my heart
You're all I need when we're apart
You're all I need, etc.
All that I need
Is for you to believe
All that I need
Is you
White Lion- You're All I need
Kamis, 16 Maret 2017
Lima
Di dalam dunia engineering, terdapat istilah threshold yang berarti ambang batas.
Pada setiap pengukuran dari sesuatu, komponen dan piranti terkait memiliki
ambang batasnya masing-masing. Batas minimal dari memulai sesuatu dan batas
maksimal dalam mencapai sesuatu. Sebelum mencapai batas maksimal terdapat
toleransi yang diperbolehkan.
Di dalam dunia orang normal mungkin threshold ini nampak jelas. Namun, dia menyadari dia bukanlah orang
normal. Seseorang yang memiliki mental yang sehat tak mungkin saat ini
menghadapi ibu paruh baya yang menatapnya dengan perasaan iba walaupun
seperlima dari kisahnya saja belum dia selesaikan.
Dua tahun yang lalu, ia berdiri berdesakan di antara ibu-ibu
di pasar terbesar di kotanya. Dengan perasaan campur aduk dia mengkalkulasi
jumlah uang di dompetnya, untuk hidup satu bulan ke depan dan sebagian besar
isinya yang akan dia pertaruhkan di sini. Sepatu, pikirannya saat itu. Tiga
ratus ribu rupiah dia habiskan sebagai modal usaha saat itu. Dua kresek besar
dia bawa dengan susah payah keluar dari desakan puluhan orang disana. Waktu
menunjukkan pukul satu siang dan tidak memberikan keuntungan sama sekali karena
peluh setiap orang menetes dan bercampur jadi satu di ruangan tersebut. Ia
berusaha keluar melewati lorong dan setitik cahaya pintu berlabelkan “keluar”
menjadi udara segar baginya.
Haus. Ia pun duduk di salah satu “kedai” dawet di depan
pasar. Ibunya pernah berkata bahwa dawet disini biasa saja, banyak yang lebih
enak. Namun, ia merasa itu adalah minuman terenak yang pernah ia rasakan. Ia
memandang dua buah kantong plastik yang ada di hadapannya saat ini dan
optimisme-lah yang menjadi pegangannya saat itu.
“Namanya bagusnya apa ya Sri?”
“RhoIndonesia aja, Yu”
....
Yogyakarta sepertinya sedang akrab dengan matahari.
Bodohnya. Ia saat itu menggunakan pakaian warna gelap. Sepuluh menit yang lalu,
ia memacu motor maticnya dengan kecepatan tinggi setelah kuliah belum
benar-benar ditutup karena dosen masih berada di dalam ruangan. Tujuannya hanya
satu yaitu datang tepat waktu agar bisa mengantarkan barang pada pelanggan
pertamanya. Ia menunggu lima belas menit di tempat itu yang sialnya tidak ada
tempat untuk berteduh. Senyum merekah di wajahnya ketika menerima beberapa
lembar uang dari pelanggannya. Alhamdulillah, semangat Ayu demi sepatu buat
Manda.
empat
Dunia ini tersusun dari rangkaian bersinergi membentuk suatu kesatuan yang
bermakna. Sebuah titik yang berjajar akan menghasilkan suatu garis, garis
tersebut akan berkumpul dengan sekawannya membentuk sebuah bangun. Semuanya
akan memberi makna bila semuaya tersusun dengan baik dan dapat diterima oleh
pihak yang berkenaan dengan hal tersebut. Beberapa garis yang ada tentunya akan
membentuk sebuah kubus dengan jumlah 12 rusuk. Tentunya akan bermakna lain jika
jumlahnya berkurang ataupun susunannya berubah. Konsep 'susunan' tersebut pun
dimaknakan berbeda bagi setiap orang.
Kehidupan dari seorang anak telah digariskan semenjak ditiupkannya ruh
dalam kandungan sang ibu. Masa depan telah membuat susunan yang sesuai dengan
porsi anak-anak tersebut. Akan menjadi apa, akan bernasib seperti apa dan akan
jatuh cinta kepada siapa. Anak-anak tersebut telah lahir dengan label
kehidupannya masing-masing.
Dua puluh dua tahun yang lalu, aku lahir. Aku tidak ingat kehidupanku pada
masa balita, mungkin aku terlalu sibuk memandang takjub pada dunia. Di usia
tujuh belas tahun, aku mengenal dia. Aku ini masih anak baru, masih cupu.
Senin, 13 Maret 2017
DUA
Ruangan putih itu tampak lengang, namun dipenuhi gema isak
tangis dari perempuan dua puluh dua tahun yang tidak tahu jalan hidupnya.
Beberapa hari lagi dia akan di wisuda dengan gelar sarjana teknik. Dia mengerti
konsep eksak nol dan satu karena hal tersebut adalah makanan sehari-harinya di
bangku kuliah namun untuk masalah ini dia tidak tahu eksistensi dari
nilai-nilai biner kehidupan. Terlalu banyak yang sudah terjadi dan dia bingung
harus bercerita darimana. Psikiater itu berpindah duduk dan mendekat ke
arahnya. Ia memeluk perempuan itu dan memberikan kenyamanan.
“Gapapa, keluarin aja semua tangisnya.”
“Mbak, aku udah nggak kuat.”
Masih dalam keadaan menangis, ia menyebutkan nama-nama orang
yang pernah terlibat di hidupnya selama setengah tahun terakhir dan kejadian
yang menimpanya. Dan terakhir ia menyebutkan namanya....
Satu susunan huruf yang terangkai apik menjadi sesuatu yang
disebut nama, menyimpan berbagai emosi yang tidak dapat terdefinisikan. Antara
mencintai rangkaian huruf tersebut dan siempunya nama, berdampingan dengan rasa
perih disertai memori-memori yang menyakitkan.
Dia mencintainya. Menoleransi segala rasa sakit dan dengan
kekuatan yang tersisa menyebut namanya. Bercerita bagaimana proses mencintainya
begitu membuatnya sakit karena dibarengi dengan kenyataan bahwa akhirnya
cintanya harus disimpan sendirian.
Selama delapan bulan terakhir ia kehilangan arah. Dua jam
yang lalu dia sudah benar-benar kehilangan arah dan akhirnya menelepon salah
satu sahabatnya.
“antarin aku ya, aku butuh bantuan. Aku mau ke psikolog.”
Dan disinilah ia sekarang, menumpahkan semua sesak selama
setengah jam lebih tanpa kata-kata.
Satu
Aku merasakan hembusan angin malam yang menerpa sedikit
bagian di wajahku dan menyingkap sedikit bagian dari hijabku. Indera perasaku
menyampaikan sinyal bahwa yang kurasakan adalah ‘dingin’ dan dalam sepersekian
detik otak memberikan respon untuk menyilangkan tangan agar dapat meminimalisir
rasa dingin itu. Baju yang kubeli sore tadi sayangnya tidak mampu memberikan
kehangatan yang cukup. Aku melihat orang yang berdiri disampingku, one of the stranger.
Banyak stranger
yang telah mampir dalam hidupku. Ada yang memberikan cerita yang singkat namun
memberikan ‘getaran’ , ada pula yang bagiannya tidak memberikan arti. Kamu
termasuk ingin menjadi yang bagaimana wahai stranger?
“Ayu, kalau aku ngelamar kamu gimana?”
Sepi.
“Bercanda kamu, maaf tapi untuk saat ini aku tidak bisa
menjawab sesuai dengan harapanmu.”
Suasana kota Yogyakarta malam ini begitu tenang. Titik-titik
lampu menyeruak dari kejauhan menimbulkan kesan yang dalam bagi orang-orang
yang pernah terlibat pada titik kecil tersebut.
“Dunia ini besar sekali dan kita kecil sekali ya, Nda.”
Sepenggal percakapan yang kucoba untuk menguburnya dalam muncul tanpa permisi.
Bersamaan dengan itu, bagaikan setitik lubang saluran air yang bocor lalu
semakin membesar, membuat semakin deras air yang keluar. Memori.
Tepat tiga minggu yang lalu aku berada di sebuah ruangan
tiga kali tiga meter. Ruangan itu tampak biasa saja. Sofa yang panjang memenuhi
hampir separuh dari ruangan itu. Jendela terbuka lebar membiarkan angin masuk
ke dalam padahal ruangan tersebut memiliki pendingin udara yang dibiarkan
menyala.
“Anggita?”
“Iya mbak, betul saya.”
Perawakannya tinggi dan memiliki rambut yang dipotong sebahu
dengan poni dijepit ke belakang. Kemeja warna biru langitnya dimasukkan ke
dalam celana bahan, formal namun pembawaannya santai.
“Jadi mau cerita apa ke mbak?” katanya sambil tersenyum.
Rasa sesak menyeruak di dadaku.
Aku bercerita, sedikit.
“Ada cerita lain yang ingin kamu sampaikan?” ujarnya masih
tersenyum.
“Haruskah saya ceritakan setiap detailnya ke mbak?”
“Gimana saya bisa bantu kamu kalau kamu ngga mau cerita ?”
Ia membenarkan posisinya dan menatap lekat mataku. “Terlalu banyak luka ya?”
air mata mengalir deras kemudian. Entah sudah berapa banyak stok air mataku
terkuras. Aku teringat apa yang membawaku kesini, kebencian.
Kebencian itu sudah terlalu banyak dan aku tak sanggup lagi
membendungnya.
Rabu, 01 Februari 2017
Suatu hari tanggal 9 di bulan maret
'Kita jalan kaki aja, trs naik angkot ke arah deket mall lippo"
"Okee"
Semburat mata teduh menenangkan selalu melihat penuh arti. Berbicara melalui mata dan sedikit garis-garis diwajah yang kadang sulit dimaknakan. Menunjukkam aksi dalam perbuatan.
Aku menyesap greentea latte dengan sedikit terburu waktu. Menghafal tiap kalimat yang akan dipresentasikan layaknya kamu adalah orang yang akan menilaiku di meja penjurian apakah hasil magangku ini berguna atau kosong. Penonton pertamaku, kepercayaanku.
"Kamu kok beda, ini bukan kamu Yu. Mana kemampuanmu , yang dulu MC dan sampai les public speaking dll."
Sebuah tamparan namun juga pengingat. Aku punya potensi.
Rintik hujan turun, waktu terus berjalan
"Semangat dong. Kamu bisa. Magang disini pilihanmu."
Mendekati pukul delapan malam, kami keluar dari gerai kopi itu. Berjalan menuju halte bus cikarang-jakarta.
"Yah aku sedih, kita pisah lagi."
"Iya gapapa, besok kita ketemu lagi ya."
Tak lepas pandangmu padaku. Dibawah temaram lampu halte, sungguh jika aku bisa mendeskripsikan, mungkin terlihat berlebihan, memang aku merasakan jatuh cinta, pada seorang yang menemaniku lebih dari lima tahun ini.
Senyumnya menghentikan waktu sesaat, matanya yg selalu memandang teduh. "Tenang ayu, all is well" kata-katanya yg selalu terinfluence oleh film itu, namun trs menenangkanku.
Tiga puluh tujuh menit. Waktuku bersamamu sesingkat itu sebelum kita berpisah lagi. Berat memang, kehadiranmu saat itu mengobati kerinduan selama puluhan hari tak bertemu sekaligus merupakan tabungan berpuluh hari kemudian tanpamu.
"Sayang, baik-baik ya disini" aku membaca gesturmu saat menggandeng tanganku. Di menit-menit terakhir sebelum menaiki bis.
Senyummu, nada bicaramu yang tenang dan matamu yg teduh terekam apik di setiap ruang di benakku.
Aku menatap kepergian bus lintas kota itu. Satu persatu orang di halte mulai pergi. Baguslah, srmakin sepi dan tidak ada yg melihat mata ini semakin panas.
Memori. Datang lagi. Tuhan pasti memiliki alasan untuk mengembalikan memori yg baik , untuk mengimbangi memori yang buruk.
Sepertinya ini cara Tuhan untuk menjadikanku manusia yg lebih baik. Dengan mengingatmu sebagai orang baik dan menghilangkan perlahan rasa benci.
Cinta adalah sebuah anugerah dan tidak ada yang disesali. Aku tidak berharap kamu mengingat karena mungkin sudah takdirku akhirnya menjadi sepihak. Perjuangan selama ini ternyata indah sekali :) alhamdulillah.
Langganan:
Postingan (Atom)